Jakarta, CNBC Indonesia – Dunia dihadapkan dengan sederet tantangan besar yang mampu berdampak negatif terhadap pembangunan manusia dan ekonomi. Salah satu yang paling mengancam saat ini adalah perubahan iklim.

Seminggu lalu, negara-negara Asia Selatan dan Tenggara dilanda gelombang panas. Suhu di Thailand hingga India tembus hingga di atas 40 derajat. Menteri Keuangan Sri Mulyani meyakini gelombang panas ini akan sering terulang ke depannya.

“Masalah perubahan iklim dapat menyebabkan masalah yang lebih serius dan sering terjadi di masa depan,” kata Sri Mulyani dalam Pertemuan Tahunan Asian Development Bank (ADB) di Tbilisi, Georgia akhir pekan lalu, dikutip Rabu (8/5/2024).

“Tahun lalu, suhu global melebihi 1,45 derajat Celcius, lebih tinggi dari suhu pada masa pra-industri,” ungkapnya.

Menurut Sri Mulyani, sebagian negara anggota ADB, yakni negara Asia, sangat rentan terhadap perubahan iklim. Maka dari itu semua negara harus mengambil sikap agar dampaknya bisa diantisipasi.

“Statistik yang mengkhawatirkan ini menggarisbawahi perlunya tindakan segera dan tegas untuk memitigasi dampak perubahan iklim dan melindungi planet kita untuk generasi mendatang,” terangnya.

Pernyataan Sri Mulyani ini sejalan dengan laporan PBB yang menyatakan bahwa dampak pemanasan global dan perubahan iklim semakin menghantui wilayah Asia. Bahkan PBB memberikan peringatan khusus untuk kawasan ini, Indonesia juga termasuk digambarkan dalam bahaya.

Hal ini terungkap dari laporan lembaga PBB, Badan Meteorologi Dunia (WMO) yang bertajuk State of the Climate in Asia 2023.

Laporan itu menganalisa bencana yang terjadi 2023 lalu. Mereka menyoroti bahwa laju percepatan indikator perubahan iklim utama seperti suhu permukaan, pencairan gletser, dan kenaikan permukaan air laut.

Asia disebut masih menjadi wilayah yang paling banyak dilanda masalah alam di dunia akibat cuaca dan iklim. Benua ini mengalami pemanasan lebih cepat dari rata-rata global dengan tren meningkat hampir dua kali lipat sejak periode 1961-1990.

“Kesimpulan dari laporan ini sangat menyadarkan kita,” kata Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo dalam keterangan yang diterima CNBC Indonesia, dikutip Rabu (8/5/2024).

WMO mencatat, banyak negara di Asia mengalami tahun terpanas yang pernah tercatat pada tahun 2023, bersamaan dengan kondisi ekstrim, mulai dari kekeringan dan gelombang panas hingga banjir dan badai.

Perubahan frekuensi iklim dan tingkat keparahan peristiwa tersebut, berdampak besar pada masyarakat, ekonomi, dan yang terpenting, kehidupan manusia dan lingkungan tempat makhluk hidup tinggal.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Sri Mulyani Sebut Kondisi RI Lagi Panas, Tapi Bukan Karena Politik


(haa/haa)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *