Jakarta, CNBC Indonesia – Milisi penguasa Gaza Palestina, Hamas, menerbitkan salinan proposal gencatan senjata dan pembebasan sandera yang menurut kelompok militan telah disetujui pada hari Senin (6/4/2024). Hal ini terjadi saat Israel masih terus menggempur Gaza untuk menghancurkan kelompok itu.

Mengutip AFP, proposal tersebut menguraikan pembebasan bertahap sandera Israel yang ditahan di Gaza bersamaan dengan penarikan bertahap pasukan Israel dari seluruh wilayah Gaza. Ini kemudian diakhiri dengan “ketenangan berkelanjutan” atau “penghentian permanen operasi militer dan perlawanan.”

Secara rinci, tahap pertama berlangsung selama 42 hari dan akan melibatkan penarikan sebagian pasukan Israel dari Gaza serta pembebasan sekitar 33 sandera yang ditahan di wilayah tersebut, termasuk perempuan Israel yang tersisa.

Tiga puluh tahanan Palestina yang ditahan di Israel akan dibebaskan dengan imbalan setiap sandera sipil Israel dan 50 tahanan dengan imbalan setiap tentara wanita.

Warga Palestina yang mengungsi di Gaza juga akan diizinkan untuk kembali ke lingkungan asal mereka selama jangka waktu tersebut.

Para pihak kemudian akan merundingkan persyaratan tahap berikutnya, yang mana warga sipil dan tentara yang tersisa akan dibebaskan. Fase ini akan dijalankan untuk mencapai “ketenangan berkelanjutan.”

Tahap terakhir akan melibatkan pertukaran jenazah sandera yang meninggal dalam penawanan dan awal dari rencana rekonstruksi Gaza yang akan berlangsung selama tiga sampai lima tahun. Proses ini akan diawasi oleh Mesir, Qatar dan PBB.

Kata Israel

Tidak jelas apakah Israel akan menyetujui persyaratan tersebut. Israel sebelumnya mengatakan pihaknya tidak akan menyetujui penarikan penuh pasukannya atau gencatan senjata permanen sebagai bagian dari kesepakatan pembebasan sandera.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu justru kembali mengulangi seruannya untuk serangan lanjutan ke wilayah Rafah, titik paling selatan Gaza. Ia menyebut hal ini akan dilakukan meski Israel dan milisi penguasa Gaza, Hamas, mencapai kesepakatan sandera.

“Kami akan masuk ke Rafah karena tidak ada pilihan lain. Kami akan menghancurkan batalyon Hamas di sana, kami akan menyelesaikan semua tujuan perang, termasuk kembalinya semua sandera kami,” ujarnya dikutip Associated Press.

Rafah sendiri merupakan titik paling Selatan Gaza yang saat ini telah menjadi pengungsian bagi 1,4 juta orang. Para pengungsi tinggal di tenda-tenda yang padat, tempat penampungan PBB yang penuh sesak, atau apartemen yang penuh sesak, serta bergantung pada bantuan internasional untuk makanan.

Israel mengatakan Rafah adalah benteng besar terakhir Hamas di Jalur Gaza, setelah operasi di tempat lain membubarkan 18 dari 24 batalyon kelompok militan tersebut. Meski begitu, Hamas telah berkumpul kembali di beberapa daerah Gaza Utara dan terus melancarkan serangan.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Ini Rencana Pemungkas Netanyahu di Gaza, Jamin Kemenangan Total Israel


(luc/luc)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *