Jakarta, CNBC Indonesia – Kemajuan militer Rusia di medan perang Ukraina terus meningkat. Hal ini terjadi saat Kyiv sedang mengalami kekurangan amunisi lantaran bantuan persenjataan yang terlambat datang.
Pada 17 Februari, Ukraina mengumumkan bahwa mereka telah menarik diri dari Avdiivka, sebuah kota yang diperebutkan selama satu dekade, dimana Rusia tampaknya telah mengorbankan ratusan tentaranya untuk merebutnya.
Namun kemajuan Moskow tidak berhenti di situ. Selama 10 minggu berikutnya, seperti yang ditunjukkan oleh peta yang dilansir CNN International dan analisis oleh kelompok pemantau Ukraina DeepStateMap, pasukan Rusia perlahan-lahan menguasai desa demi desa di sebelah Barat Avdiivka.
“Kami angkat bicara karena merasa juru bicara militer mempunyai kesempatan untuk memeriksa situasi sebenarnya, namun dia (masih) memberikan informasi yang tidak benar,” ujar pendiri DeepStateMap, Ruslan Mykula, dikutip Kamis (2/5/2025).
Kemajuan Moskow ini telah memicu peringatan dari para pejabat senior militer Ukraina tentang potensi ancaman terhadap jalur pasokan Kyiv. Berita ini juga mengancam kehadiran Ukraina di wilayah Donetsk, yang saat ini sedang berupaya keras mencapai kota Mariupol, yang sempat direbut oleh Moskow pada 2022 lalu.
Selain Avdiivka, para pejabat Ukraina juga telah memperingatkan secara terbuka tentang ancaman terhadap Chasiv Yar, sebuah kota kecil dekat kota Bakhmut, yang direnggut dari Kyiv Mei lalu.
Juru bicara komando Khortytsia Ukraina, Letkol Nazar Voloshyn, menyebut Moskow bermaksud untuk terus menyusuri jalur terusan air di dekatnya sehingga dapat mengepung kota itu.
“Akan sangat penting bagi mereka untuk merebut Chasiv Yar sebelum kita menerima bantuan asing… ketika kita tidak lagi kekurangan amunisi,” kata Voloshyn kepada televisi Ukraina.
“Jika musuh menguasai wilayah yang dominan dan penjajah mendapatkan pijakan di sana, itu akan menjadi masalah besar bagi kami, karena Kostiantynivka, Kramatorsk, Sloviansk, dan Druzhkivka akan segera diserang.”
Pengumuman mundurnya Ukraina ini tiba saat penantian lima bulan akan datangnya bantuan dari Amerika Serikat (AS) akhirnya membuahkan hasil. Parlemen Negeri Paman Sam akhirnya menyetujui bantuan militer senilai US$ 61 miliar (Rp 987 triliun).
Yurii Fedorenko, komandan kompi drone penyerang Achilles Ukraina, mengatakan dua bulan ke depan menandai “jendela peluang” bagi pasukan Rusia. Pasalnya, sebelum bantuan ini benar-benar masuk, Moskow akan mencoba untuk meluncurkan serangan.
“Pasukan Rusia telah menyadari bahwa Ukraina akan segera memiliki aset pertahanan udara yang diperlukan dan amunisi yang diperlukan terkonsentrasi di garis depan, yang akan membuat Moskow tidak mungkin melakukan tugas dengan intensitas seperti sekarang,” paparnya dikutip Kamis (2/5/2024).
Perang besar antara Rusia dan Ukraina dimulai sejak 24 Februari 2022 lalu. Presiden Rusia Vladimir Putin beralasan bahwa serangan didasarkan pada niatan Kyiv untuk bergabung dengan aliansi militer Barat pimpinan AS, NATO, yang notabenenya merupakan rival dari Moskow.
Selain itu, Putin berniat untuk mengambil wilayah Donetsk dan Luhansk yang sebelumnya dikendalikan Ukraina. Ini untuk membebaskan masyarakat etnis Rusia yang disebutnya mengalami persekusi dari kelompok ultra nasionalis Ukraina.
Artikel Selanjutnya
Minyak Rusia Diserang, Drone Terbang di Atas Rumah Putin
(luc/luc)