Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah hingga kini baru mengeluarkan kebijakan insentif untuk kendaraan listrik di segmen battery electric vehicle (BEV) yakni insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10% dari 11 menjadi 1%, sedangkan insentif untuk kendaraan hybrid belum juga tersedia. Pengusaha pabrikan mobil pun mendorong pemerintah ikut memerhatikan segmen ini.
“Indonesia sudah mulai masuk hybrid, potensi Indonesia sangat besar. Kita punya perusahaan baterai CATL, LG sudah mulai beroperasi di Indonesia, mestinya hybrid di Indonesia kita berkembang degan cepat tapi insentif kita kalah jauh dengan Thailand, pajak relaksasi,” kata Wakil Presiden Direktur Toyota Astra Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam kepada CNBC Indonesia, Kamis (2/5/2024).
“Jangan sampai ekosistem hybrid berkembang di negara lain, itu harus kita jaga, kalau telat mengembangkan, nanti ekosistem keburu di negara lain,” kata Bob.
Namun untuk mendapatkan insentif itu perlu persetujuan semua pihak, bukan hanya Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yang menggaungkan insentif kendaraan hybrid sejak lama, namun juga Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang menyetujui anggaran. Sayangnya, hingga kini belum terlihat adanya kesamaan pandangan antara pimpinan Kementerian/Lembaga.
“Di Indonesia kebagi dua pandangan. Pertama net zero, jadi selama pakai fossil fuel ngga akan dapat insentif, tutup, karena insentif masih pake fossil fuel jadi ngga berhak. Tapi sekarang ngga laku lagi pandangan net zero. Karena yang kedua yaitu transisi energi. Konsepnya selama bisa mengurangi emisi fossil fuel maka berhak dapat insentif. Ini kalau dipaksakan akan terjadi greenflation, harga jadi mahal, itu yang kemarin kampanye ramai-ramai,” kata Bob.
Meski belum masuk ke segmen BEV keseluruhan, namun Bob mengklaim Toyota berupaya menurunkan emisi kendaraan yang diproduksi, dan mendukung Net Zero Emission 2060 yang ditargetkan pemerintah Indonesia untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dengan Multi-Pathway Strategy, diantaranya melalui Toyota Eco Youth.
“Fokusnya pada upaya dekarbonisasi. Harapannya tidak hanya sekedar sebagai usaha menurunkan emisi, namun juga bagaimana menggali dan memanfaatkan kesempatan dalam peluang-peluang baru, yang bertujuan untuk pengembangan ekonomi masyarakat. Upaya dekarbonisasi tentunya memerlukan sinergi semua pihak sehingga meraih hasil nyata,” kata Bob.
Artikel Selanjutnya
Video: Dihantam Skandal Beruntun, Ada Apa Dengan Toyota?
(dce)