Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak mentah dunia saat ini terus bergerak fluktuatif. Sekalipun mengalami sedikit penurunan, harga minyak mentah masih bertengger di atas US$ 80 per barel.
Kondisi tersebut tentunya bakal berpengaruh pada penentuan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri. Apalagi salah satu komponen pembentuk harga BBM, yakni nilai tukar (kurs) rupiah terpantau masih melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Sementara, penyesuaian harga BBM non subsidi oleh badan usaha termasuk Pertamina dilakukan setiap bulannya pada tanggal 1. Lantas dengan adanya tren yang ada saat ini apakah harga BBM pada 1 Mei 2024 mengalami perubahan?
Sebagai badan usaha yang ditugaskan menyalurkan BBM di dalam negeri, Pertamina belum dapat memastikan apakah harga BBM akan mengalami penyesuaian seiring dengan kondisi yang terjadi saat ini.
Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan pihaknya masih akan melakukan review terhadap pergerakan harga minyak mentah yang masih fluktuatif. “Masih kami review, harga minyak mentah dan KURS juga masih fluktuatif,” ujar Irto kepada CNBC Indonesia, Selasa (30/4/2024).
Sebagai informasi, harga minyak mentah dunia kompak melemah pada perdagangan hari ini, Selasa (30/4/2024). Melansir data Refinitiv, pada perdagangan kemarin, Senin (29/4/2024) harga minyak mentah berjangka brent ditutup US$ 88,4 per barel. Sementara West Texas Intermediate (WTI) di posisi US$ 82,63 per barel.
Pada hari ini per pukul 09:45 WIB, harga minyak dunia baik brent maupun WTI terpantau mengalami depresiasi. Brent turun sebesar 0,04% ke angka US$88,36 per barel. Sedangkan WTI juga melemah 0,16% ke angka US$82,49 per barel.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus memantau harga minyak mentah dan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Hal tersebut menyusul eskalasi konflik yang ada di timur tengah antara Iran dan Israel.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengatakan setiap kenaikan minyak mentah dan nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar akan berdampak pada kenaikan belanja subsidi energi.
Ia memerinci setiap kenaikan US$ 1 harga minyak mentah, maka beban subsidi dan kompensasi energi akan naik sekitar Rp 4,5 triliun. Sementara, setiap kenaikan kurs rupiah Rp 100 per dolar AS bakal berdampak pada subsidi energi Rp 2,5-3,5 triliun.
“Nah itu simulasi saat ini yang kita hitung karena itu penting nanti kita akan detailkan lagi hitungan itu,” kata Tutuka dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Jumat (19/4/2024).
Oleh sebab itu, guna mengatasi kondisi tersebut, saat ini pemerintah bersama Pertamina tengah mencari sumber pasokan energi dari negara lain. Terutama yang tidak terdampak tensi geopolitik di timur tengah.
“Kalau harga kemungkinan bisa sama tapi kalau sumber lain yang lebih murah kita upayakan. Untuk LPG Pertamina sudah kontrak sampai bulan Mei, sampai Desember tahun ini pun suda ada perencanaan tinggal difinalisasi demikian juga BBM Pertamina juga telah melakukan upaya-upaya tersebut,” tambahnya.
Artikel Selanjutnya
Harga BBM Januari 2024 Naik apa Turun? Ini Kata Pertamina
(pgr/pgr)