Jakarta, CNBC Indonesia – India memiliki tinta sejarah kelam terkait perlakukan warga dan pemerintah terhadap umat Muslim di negara itu. Ini terjadi meski Islam merupakan agama yang dianut hingga 200 juta orang di Negeri Hindustan.

Sejak Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata (BJP) yang dipimpin Narendra Modi meraih kekuasaan pada tahun 2014, umat Islam di India mengalami perjalanan yang penuh gejolak.

Massa warga Hindu yang main hakim sendiri telah membunuh orang-orang yang dicurigai sebagai pedagang sapi dan menargetkan usaha-usaha kecil milik warga Muslim. Petisi juga telah diajukan untuk menekan pemerintah agar menutup masjid.

Ujaran kebencian anti-Muslim telah meningkat. Tiga perempat insiden dilaporkan terjadi di negara-negara yang diperintah oleh BJP.

“Muslim telah menjadi warga negara kelas dua, minoritas yang tidak terlihat di negara mereka sendiri,” kata Ziya Us Salam, penulis buku baru, Being Muslim in Hindu India, dikutip BBC News, Senin (29/4/2024).

Reema Ahmad, seorang penulis dan konselor, menceritakan bagaimana diskriminasi telah dilakukan dari bangku sekolah. Ia bercerita anaknya, seorang laki-laki Muslim, kembali dengan wajah memerah dari sebuah sekolah terkenal di kota Agra karena dianggap teroris.

“Di sini ada seorang anak kecil yang penuh semangat dengan tangan terkepal begitu erat hingga ada bekas paku di telapak tangannya. Dia sangat marah,” ungkapnya.

“Saat itulah sekelompok anak laki-laki menunjuk ke arahnya dan berkata, Ini adalah teroris Pakistan. Bunuh dia!.”

Pada tahun 2019, Reena Ahmad pun meninggalkan grup WhatsApp sekolah di mana dia adalah salah satu dari dua Muslim. Hal ini menyusul postingan pesan setelah India melancarkan serangan udara terhadap militan di Pakistan yang mayoritas penduduknya Muslim.

“Jika mereka menyerang kami dengan rudal, kami akan memasuki rumah mereka dan membunuh mereka,” demikian isi pesan kelompok tersebut, senada dengan pernyataan Modi tentang membunuh teroris dan musuh India di dalam rumah mereka.

“Saya kehilangan ketenangan. Saya memberi tahu teman-teman saya apa yang salah dengan diri Anda? Apakah Anda memaafkan pembunuhan terhadap warga sipil dan anak-anak?” kenangnya.

Dari level kebijakan, India baru-baru ini meloloskan UU Amandemen Kewarganegaraan. UU ini sejatinya diterapkan untuk membantu meloloskan naturalisasi bagi umat Hindu, Parsi, Sikh, Budha, Jain, dan Kristen yang melarikan diri Afghanistan, Bangladesh, dan Pakistan sebelum 31 Desember 2014.

Namun muncul kontroversi dari aturan baru ini. UU tersebut mengecualikan warga Muslim, yang merupakan mayoritas di ketiga negara tersebut.

Salah satu yang merasakan kekhawatiran besar adalah pengungsi etnis Rohingya. Mereka khawatir UU ini memerintahkan deportasi terhadap mereka ke negara asalnya di Myanmar, yang seringkali menjadi arena persekusi terhadap etnis itu.

Di antara warga Rohingya yang khawatir adalah Muhammad Hamin. Ia mengaku tidak bisa tidur nyenyak sejak tanggal 8 Maret lalu ketika pemerintah negara bagian Manipur di India timur laut memerintahkan deportasi pengungsi Rohingya.

Hamin, seorang Rohingya yang datang ke India pada tahun 2018, berada di New Delhi, sekitar 1.700 km dari Manipur. Ia takut rencana Manipur ini menjadi program nasional, yang membuatnya juga harus ikut dideportasi.

Hal ini pun akhirnya terjadi. Tiga hari setelah pemerintah Manipur memulai tindakan kerasnya terhadap Rohingya, pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi pada tanggal 11 Maret mengumumkan penerapan UU Amandemen Kewarganegaraan ini untuk seluruh wilayah India.

“Berita deportasi tentu saja memicu kepanikan di antara sebagian besar warga negara Myanmar yang tinggal di India karena tidak ada yang tahu siapa yang akan keluar lagi dan menghadapi kengerian kekerasan dan pertumpahan darah yang sama,” kata Hamim dikutip Al Jazeera.

Gusur Masjid Buat Kuil

UU ini juga bukan pertama kalinya penduduk Muslim India merasa dipinggirkan oleh pemerintahan PM Modi. Akhir Januari lalu, Modi akan meresmikan Kuil Ram di kota Ayodhya yang sebenarnya belum sepenuhnya rampung.

Dalam pembukaan ini, pasar saham tutup, kantor-kantor pemerintah hanya bekerja setengah hari dan bioskop menawarkan pemutaran langsung upacara keagamaan.

Hilangnya saluran berita dan wacana populer terkait peresmian ini adalah referensi pada fakta bahwa kuil tersebut dibangun tepat di tempat Masjid Babri abad ke-16 dirobohkan oleh massa nasionalis Hindu pada Desember 1992.

Hussain, seorang jurnalis Muslim yang berbasis di kota Lucknow, mengatakan ia khawatir “kemenangan” kelompok Hindu yang ia saksikan di Ayodhya mungkin akan menjadi lebih buruk di masa mendatang.

“Faktanya, setelah Ayodhya, mungkin akan terjadi efek bola salju di tempat-tempat sengketa lainnya seperti Mathura dan Kashi,” katanya kepada Al Jazeera.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Potret Masjid Digusur Diubah Jadi Kuil Megah di India, Muslim Waswas


(luc/luc)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *