Jakarta, CNBC Indonesia – Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengungkapkan, ada ancaman permanen yang mengintai Jawa Barat. Yaitu, potensi terjadinya gempa bumi dengan goncangan kuat dan spektrum luas.
Sebab, jelasnya, Jawa Barat berada di zona seismik aktif dan kompleks. Di mana terdapat 4 sumber gempa utama atau zona seismogenik.
Pertama, kata dia, zona outer rise, di mana sebelum penujaman lempeng bisa terjadi bending yang menimbulkan patahan turun. Yang kemudian disebut gempa outer rise.
Kedua, zona tumbukan lempeng atau zona megathrust, yaitu zona kontak antar lempeng Indo-Australia dan Eurasia.
Ketiga, bagian slab ke bawah bisa terjadi patahan seperti terjadi pada 27 April 2024 malam, terjadi deformasi atau patahan dalam lempeng.
“Ini lokasinya di bawah zona megathrust. Kita menyebutnya sebagai gempa intra-slab,” kata Daryono dalam video jumpa pers gempa selatan Jawa Barat, ditayangkan akun Youtube BMKG, dikutip Senin (29/4/2024).
“Kemudian (zona keempat) gempa-gempa terjadi di intra plat Asia di mana di Jawa Barat banyak terdapat sesar aktif seperti terjadi gempa Cianjur dan gempa Sumedang,” tambahnya.
Foto: Gempa bumi susulan yang mengguncang Garut, Jawa Barat. (Tangkapan Layar Youtube Info BMKG)
Gempa bumi susulan yang mengguncang Garut, Jawa Barat. (Tangkapan Layar Youtube Info BMKG)
|
Daryono menjelaskan, gempa yang mengguncang wilayah selatan Jawa Barat pada 27 April 2024 malam tersebut memiliki karakteristik yang unik.
“Karena gempa intra slab itu bisa merefleksikan gelombang seismik atau bisa mengeluarkan ground motion yang lebih kuat dari sumber lain untuk magnitude sama. Misal, gempa magnitudo 6,2 di intra slab dengan 6,2 di megathrust bisa menyebabkan goncangan lebih besar jika di bersumber di zona intra slab,” terangnya.
“Dan kita sudah mencatata banyak sekali aktivitas intra slab di selatan Jawa Barat. Dan kalau kita melihat catatan gempa merusak signifikan di selatan Jawa Barat sejak tahun 1800-an, dapat diidentifikasi bahwa rata-rata gempa terjadi di zona megathrust dan intra slab,” ungkap Daryono.
Untuk itu, dia mengimbau masyarakat Jawa Barat perlu memperhatikan aspek tahan gempa dalam membangun bangunan.
“Ini satu hal kita waspadai karena karakteristiknya yang menyebabkan goncangan kuat dan spektrum luas. Masyarakat Jawa Barat perlu memperhatikan aspek zona tahan gempa dalam membangun bangunan tahan gempa karena ini ancaman permanen. Mitigasi perlu diperkuat,” tegas Daryono.
Dampak Gempa
Sebagai informasi, gempa M6,2 yang mengguncang selatan Jawa Barat pada 27 April 2024 pukul 23:29:47 WIB tersebut memiliki mekanisme pergerakan naik ( thrust Fault ). Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 8,39° LS ; 107,11° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 156 km arah Barat Daya Kabupaten Garut, Jawa Barat pada kedalaman 70 km.
“Gempa semalam adalah langsung gempa utama (mainshock) , kemudian amblas dan energi habis atau lepas total. Tidak ada gempa pembuka dan miskin susulan. Hingga pukul 23.55 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya 1 aktivitas gempa bumi susulan ( aftershock ) dengan magnitudo 3.1,” kata Daryono.
BMKg mencatat, gempa tersebut berdampak dan dirasakan di di daerah Sukabumi dan Tasikmalaya dengan skala intensitas IV MMI (Bila pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah) daerah Bandung dan Garut dengan skala intensitas III-IV MMI (Bila pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah), daerah Tangerang, Tangerang Selatan, Bogor, DKI Jakarta, Kebumen, Banyumas, Cilacap dan Purwokerto dengan skala intensitas III MMI (Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu),daerah Bantul, Sleman, Kulonprogo, Trenggalek, Malang dengan skala intensitas II MMI (Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).
“Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami,” sebut BMKG.
Artikel Selanjutnya
Malam Tahun Baru, Sumedang Diguncang Gempa 4,8 Magnitudo
(dce/dce)