Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah Haiti melakukan upaya transisi kekuasaan pada Kamis (25/4/2024). Ini terjadi saat negara itu sedang dalam situasi genting akibat ulah gangster bersenjata yang telah menguasai ibu kota, Port-au-Prince.
Perdana Menteri Haiti, Ariel Henry, telah secara resmi mengundurkan diri dan pemerintahan sementara yang baru, yang diberi nama Dewan Transisi, telah dilantik dalam sebuah upacara rahasia di istana presiden.
Saat para anggota Dewan Transisi, yang beranggotakan 9 orang tersebut, mengambil sumpah, Henry, yang berada di Amerika Serikat (AS) setelah dikucilkan dari Haiti karena pemberontakan geng, mengumumkan dalam sebuah surat bahwa ia mengundurkan diri.
“Kami telah melayani negara selama masa-masa sulit,” tulis Henry, seorang ahli bedah saraf yang berubah menjadi politisi setelah pembunuhan Presiden Jovenel Moïse pada tahun 2021.
Acara pelantikan pada Kamis dini hari itu dilakukan secara rahasia dan tidak diumumkan ke publik karena adanya ancaman kekerasan. Menjelang acara tersebut, laporan menyebutkan bahwa acara tersebut akan berlangsung di properti pemerintah lainnya, sebuah rumah besar di pinggiran kota.
Dalam beberapa hari terakhir terjadi baku tembak antara polisi dan penjahat bersenjata di kawasan pusat kota sekitar istana. Seorang juru bicara geng terkemuka, Jimmy Chérizier, minggu ini memperingatkan para pemimpin sementara Haiti untuk “bersiap-siap”.
Terlepas dari ancaman tersebut, dewan yang didukung oleh AS dan 15 anggota Komunitas Karibia (Caricom) tetap melanjutkan peresmiannya pada hari Kamis, hampir dua bulan setelah dimulainya pemberontakan kriminal pada tanggal 29 Februari.
Para aktivis politik menyambut pembentukan dewan tersebut dengan optimis. Tugas pertamanya adalah memilih perdana menteri baru sebelum membuka jalan bagi pemilu.
Duta besar AS untuk Haiti yang baru diangkat, Dennis Hankins, mengatakan ia berharap negaranya dapat membantu Haiti kembali ke jalur stabilitas, demokrasi dan pertumbuhan ekonomi. Ia juga memberikan apresiasi terhadap perkembangan partai politik di Haiti.
“Setiap hari adalah hari baru dan ini adalah hari baru bagi Haiti,” kata Hankins.
Hankins menyadari bahwa AS ikut bertanggung jawab atas drama yang terjadi di Haiti saat ini. Ini mengingat banyaknya senjata yang mengalir ke tangan geng-geng Haiti dari Negeri Paman Sam.
“Fakta bahwa banyak senjata yang datang ke sini berasal dari AS menurut saya tidak dapat disangkal dan hal itu mempunyai dampak langsung (di sini),” ujarnya.
Haiti, yang masih dalam masa pemulihan setelah gempa bumi dahsyat pada tahun 2010, tidak memiliki pejabat terpilih dan belum menyelenggarakan pemilu sejak tahun 2016. Kelompok bersenjata dikatakan menguasai setidaknya 80% ibu kota, dengan polisi yang kalah senjata berjuang untuk mencegah geng-geng yang memiliki hubungan politik.
Lebih dari 50.000 orang terpaksa mengungsi akibat kekerasan kali ini, dengan sedikitnya 2.500 orang tewas atau terluka sejak awal tahun ini dan 1,6 juta orang berada di ambang kelaparan.
Artikel Selanjutnya
Gangster Acak-Acak 1 Negara! AS CS Ketar-Ketir, Mayat di Mana-Mana
(luc/luc)