Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan bahwa pemerintah akan melakukan uji terap atau uji coba bahan bakar nabati berbasis sawit atau biodiesel dengan konsentrasi 40% (B40) pada sektor non otomotif yang akan dilakukan pada tahun 2024 ini.
Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) Kementerian ESDM mengungkapkan uji coba B40 sektor non otomotif yang akan dilakukan tahun ini akan dilakukan pada kereta, kapal laut, hingga alat berat industri. Hal itu akan dilakukan dengan rentan waktu uji coba hingga 8 bulan lamanya.
“Uji coba kali ini akan dilakukan kepada sektor non-otomotif, tepatnya untuk kereta, kapal laut hingga alat berat industri dengan rentan waktu uji coba hingga 8 bulan,” tulis Ditjen EBTKE Kementerian ESDM dalam unggahan resminya di Instagram @djebtke, dikutip Kamis (25/4/2024).
Nantinya, usai dilakukan uji terap B40 di sektor non otomotif, maka pemerintah akan melakukan evaluasi dari uji coba tersebut.
Adapun, langkah uji coba pada sektor non otomotif yang akan dilakukan oleh pemerintah diambil lantaran uji coba B40 pada setor kendaraan darat inilai telah dilakukan dan dinyatakan berhasil.
“Uji coba B40 untuk sektor non-otomotif merupakan lanjutan dari keberhasilan uji coba B40 yang telah dilakukan kepada kendaraan darat,” tambah keterangan Ditjen EBTKE dalam unggahan yang sama.
Sebelumnya, pemerintah pada 2023 lalu mulai menjalankan program pencampuran Bahan Bakar Nabati (BBN) jenis biodiesel berbasis minyak sawit ke dalam minyak Solar sebesar 35% (B35). Proyek ini diklaim bisa menjadi contoh bagi negara lain dalam pengembangan biodiesel.
Adapun, implementasi dari program B35 sejatinya sudah dilakukan sejak 1 Februari 2023. Namun implementasinya secara penuh baru dilakukan pada 1 Agustus 2023.
“Pemanfaatan bahan bakar nabati ini berjalan per 1 Agustus besok B35 jalan secara nasional. Kita sudah jalan sebetulnya sejak 1 Februari tapi beberapa masih relaksasi per 1 Agustus ini start 100%,” ujar Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana tahun lalu.
Seperti diketahui, implementasi kebijakan B35 juga diharapkan dapat menghemat devisa sebesar US$ 10,75 miliar, meningkatkan nilai tambah hilir sawit sebesar Rp 16,76 triliun, dan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 34,9 juta ton CO2.
Hal itu juga dinilai kesuksesan Indonesia menjalankan program B30 yakni campuran antara 30% fatty acid methyl ester (FAME) dan 70% BBM jenis solar, pemerintah juga baru saja merilis program B35 pada 1 Februari 2023 dengan alokasi mencapai 13,15 juta Kilo Liter (KL).
(pgr/pgr)