Jakarta, CNBC Indonesia – Tren pelemahan rupiah serta tingginya suku bunga saat ini membuat ekonomi Indonesia dalam ancaman. Bila kondisi ini terus berlanjut maka beragam dampak buruk bisa menghantam Indonesia, mulai dari ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga daya beli melemah.
Melansir data Refinitiv, pada pembukaan pagi ini, Kamis (25/4/2024) pukul 09.00 WIB rupiah merosot 0,19% menuju Rp16.180/US$, selang satu menit harga terus melemah 0,37% menembus Rp16.210/US$.
Depresiasi pagi ini menghapus penguatan yang terjadi satu hari sebelumnya sebesar 0,40% dan mulai mendekati level terendah lagi sejak empat tahun lalu.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, pihaknya sudah melihat secara riil dampak dari pelemahan rupiah yang sudah menciptakan penurunan optimisme ekspansi dunia usaha di sektor manufaktur nasional pada semua subsektornya.
“Ini khususnya karena pelaku industri sangat mengkhawatirkan kenaikan beban impor produksi yang signifikan karena pelemahan nilai tukar yang masih terus terjadi,” kata Shinta kepada CNBC Indonesia, Rabu (24/4/2024).
Padahal, lanjut Shinta, umumnya pelaku usaha di sektor manufaktur sudah harus restock produksi baru pasca periode Ramadan dan Lebaran Idul Fitri.
“Jadi pelaku-pelaku sektor manufaktur yang saat ini sudah harus kembali mengimpor bahan baku atau bahan penolong produksi sudah pasti mengalami kenaikan beban tersebut,” pungkasnya.
Artikel Selanjutnya
Pengusaha RI Takut Rupiah Makin Ambruk, Desak Pemerintah Gerak Cepat
(dce)