Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia telah diakui sebagai negara pemilik cadangan nikel terbesar di dunia. Melansir data dari Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), produksi nikel di Indonesia mencapai 1,8 juta metrik ton dan memberikan kontribusi sebesar 50% terhadap total produksi nikel dunia.
Besarnya cadangan nikel tersebut juga dibarengi dengan tingginya tingkat konsumsi di dalam negeri, yakni untuk jenis nikel kadar tinggi atau saprolite dan nikel kadar rendah atau limonite, yang diproses dengan fasilitas pemurnian dan pemrosesan (smelter) nikel. Adapun konsumsi bijih nikel di dalam negeri pada 2023 diperkirakan mencapai 145 juta ton.
Dengan tingginya tingkat cadangan dan konsumsi nikel di dalam negeri, tidak heran jika pemerintah terus mendorong pentingnya menjaga hilirisasi industri untuk melakukan pembangunan smelter di Tanah Air demi memperkuat nilai tambah produk dan mendorong pertumbuhan ekonomi, dari tingkat daerah hingga nasional.
Hingga saat ini, beberapa kawasan di Indonesia telah memiliki smelter nikel yang maju, antara lain seperti Kawasan Industri Morowali, Kawasan Industri Stardust Estate Investment di Morowali Utara, dan Kawasan Industri Virtue Dragon di Konawe.
Ketua Umum Forum Industri Nikel Indonesia (FINI) Alexander Barus bahkan menyebut pada awalnya, pembangunan smelter di Morowali tidak berjalan mulus-mulus saja. Sebelumnya, Kawasan Industri di Sulawesi Tengah seperti dunia yang tidak diketahui orang, daerah yang masih sulit dijangkau, karena membutuhkan waktu yang lama untuk menuju lokasi, akses komunikasi yang masih terbatas, dan belum adanya pasokan listrik.
“Contohnya Morowali, dulu di sana tidak ada sinyal, masih memakai HP satelit, jalan ke sana 12-13 jam darat, masih hutan, listrik masih pakai genset,” ungkap dia.
Dengan adanya hilirisasi tersebut, beberapa kawasan di Indonesia telah menjadi kawasan maju dan berkembang. Selain Morowali, ada juga perusahaan yang membangun smelter untuk hilirisasi nikel, yakni PT Obsidian Stainless Steel (OSS). Bahkan PT OSS turut memberikan kontribusi besar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), di mana perusahaan asal Tiongkok yang beroperasi di Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara ini menyumbang pemasukan untuk daerah senilai Rp 70 miliar selama 2022.
Selain itu, ada PT Gunbuster Nickel Industry (PT GNI), perusahaan yang juga mengelola bijih nikel ini beroperasi di Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Melalui agenda hilirisasi tersebut, PT GNI turut mendongkrak peningkatan ekonomi daerah.
Berdasarkan data BPS, di wilayah Sulawesi Tengah kaya akan nikel dan menjadi salah satu penggerak ekspor serta ekonomi daerah. Nikel merupakan salah satu komoditas ekspor utama dengan nilai US$ 284,87 juta atau 15,62% selama September 2023.
Tak dipungkiri, kehadiran perusahaan-perusahaan smelter ini memberikan multiplier effect. Di mana semakin bertumbuhnya industri kecil, industri rumah tangga, dan UMKM di sekitar perusahaan.
Jika menelisik lebih dalam, UMKM merupakan salah satu pilar terpenting dalam perekonomian Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah UMKM saat ini mencapai 64,2 juta dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 61,07% atau senilai Rp 8.573,89 triliun.
Sebagai perusahaan yang bertekad untuk terus berkontribusi positif kepada masyarakat, PT GNI dengan berbagai inisiasinya memperkuat UMKM di daerah sekitar lingkar industri melalui salah satu program pelatihan keuangan yang bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Desa Bunta, Morowali Utara.
Head of Corporate Communication PT GNI Mellysa Tanoyo menjelaskan bahwa kegiatan ini sebagai bentuk dukungan perusahaan terhadap pertumbuhan UMKM dan upaya untuk mendorong ekonomi daerah.
“Kegiatan ini merupakan salah satu wujud nyata dukungan PT GNI kepada UMKM desa di sekitar lingkar industri. Pelatihan ini juga untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas peserta dalam pengelolaan keuangan untuk pengembangan usaha mereka,” ungkap Mellysa.
Menurut Mellysa, dengan semakin berkembangnya usaha UMKM di daerah tersebut, masyarakat setempat memiliki lebih banyak kesempatan untuk meningkatkan kapasitas diri mereka. Sehingga dapat menghasilkan inovasi produk yang bermanfaat bagi masyarakat lebih luas.
“UMKM memberikan dampak yang positif bagi daerah maupun nasional, oleh karena itu penting bagi semua pihak untuk mendorong dan mendukung pertumbuhan sektor ini melalui inisiasi yang mendukung dan lingkungan bisnis yang kondusif,” ungkapnya.
Artikel Selanjutnya
Serius Hilirisasi Nikel, Begini yang Dilakukan PT GNI
(rah/rah)