Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) angkat suara perihal isu yang ramai diperbincangkan masyarakat soal gas sulfur dioksida (SO2) dari erupsi Gunung Ruang, Sulawesi Utara, yang dikabarkan berbahaya bagi manusia dan tumbuhan.
Penyelidik Bumi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM, Sofyan Primulyana mengungkapkan bahwa gunung api yang baru saja erupsi mengeluarkan gas vulkanik, salah satunya adalah SO2. Hal ini termasuk seperti yang terjadi pada erupsi Gunung Ruang.
Sofyan mengatakan, SO2 yang dikeluarkan setiap erupsi gunung api memiliki konsentrasi yang berbeda, dan dia tidak menampik kemungkinan gas tersebut bisa menyebabkan kandungan hujan yang lebih asam.
“SO2 yang dihasilkan dari suatu erupsi gunung api biasanya akan terencerkan oleh udara di atmosfer. Sebagian SO2 akan terabsorbsi oleh abu vulkanik, sebagian lagi beraksi dengan uap air di udara-atmosfer membentuk droplet atau tetes-tetes air yang bersifat asam. Dan kalau SO2 di udara itu bercampur dengan air hujan (ketika terjadi hujan), maka SO2 tersebut dapat larut menyebabkan air hujan menjadi bersifat lebih asam,” jelas Sofyan kepada CNBC Indonesia, Selasa (23/4/2024).
Dia menjelaskan, kandungan asam pada air hujan akan berbeda-beda tergantung konsentrasi gas SO2 yang lari ke atmosfer.
Namun demikian, berkaitan dengan erupsi Gunung Ruang, Sofyan menyebut, masyarakat tidak perlu khawatir terkait fenomena SO2 yang dikeluarkan oleh Gunung Ruang.
“Namun demikian keasaman air hujan tergantung dari pada konsentrasi dari gas-gas tersebut. Jadi masyarakat tidak perlu khawatir yang berlebihan terkait fenomena SO2 dari Gunung Ruang,” ujarnya.
Hal itu menurutnya karena sejauh ini belum ada efek SO2 yang terpantau pada masyarakat sekitar Gunung Ruang. Dia menyebutkan, belum ada keluhan dari warga setempat perihal paparan SO2 dari gunung api yang belum lama ini terjadi erupsi tersebut.
“Sejauh ini Efek SO2 terhadap penduduk bahkan yang berada di sekitar Gunung Ruang nampaknya belum ada, karena hingga saat ini belum ada keluhan dari warga setempat (Tagulandang) yang berhubungan dengan pengaruh paparan gas SO2,” tandasnya.
Seperti diketahui, PVMBG Kementerian ESDM menurunkan status Gunung Ruang dari yang sebelumnya Level IV atau Awas menjadi Level III atau Siaga.
Turunnya status itu mulai berlaku Senin (22/4/2024), selang lima hari setelah statusnya dinaikkan menjadi Level IV Awas pada 17 April 2024 pukul 21.00 WITA.
“Berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental yang menunjukkan terjadinya penurunan aktivitas vulkanik pada G. Ruang, maka tingkat aktivitas G. Ruang diturunkan dari Level IV (AWAS) menjadi Level III (Siaga) terhitung mulai tanggal 22 April 2024 pukul 09.00 WITA,”ujar Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid, Senin (22/4/2024).
PVMBG akan terus memonitor tingkat aktivitas Gunung Ruang dan akan mengevaluasi kembali secara berkala, maupun jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan. Tingkat aktivitas dianggap tetap jika evaluasi berikutnya belum dikeluarkan, sambung Wafid.
Artikel Selanjutnya
Naik Status ke Level Awas! Detik-Detik Mencekam Gunung Ruang Erupsi
(wia)